
Kopi Lampung dikenal sebagai salah satu varian robusta terbaik dari Indonesia. Keistimewaannya terletak pada cita rasa pahit yang kuat, khas, popular di kalangan penikmat kopih pahit, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Di pasar internasional, kopih Lampung juga populer karena konsistensi pasokan dan volume produksi yang besar. Ini menjadikannya komoditas robusta penting dalam perdagangan global (“most wanted robusta”) serta andalan industri kopi instan dan blends.
Sejarah Kopi Lampung
Sejarah kopih Lampung bermula pada abad ke-19, ketika kolonial Belanda memperkenalkan tanaman kopi—terutama varietas arabika dan liberika—ke wilayah Lampung. Namun, setelah wabah penyakit menyerang arabika dan liberika sekitar tahun 1910, robusta muncul sebagai varietas pengganti yang lebih tahan dan produktif. Proses tersebut membuka jalan bagi dominasi budidaya robusta di Lampung. (ppid.lampungprov.go.id )
Baca juga: Kopih single origin Indonesia: Tiap Rasa dan Harganya
Kopih Lampung kemudian lekat dengan budaya masyarakat Sumatra, khususnya tradisi minum kopih pahit tanpa gula. Di kalangan pekerja perkebunan, nelayan, hingga buruh, minum kopih hitam pekat menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Tidak sekadar minuman penyemangat, kopih pahit Lampung juga melambangkan gaya hidup sederhana namun penuh tenaga. Ini sesuai dengan identitas budaya masyarakat pekerja di Indonesia.
Daerah Penanaman Kopi Lampung
Lingkungan tumbuh kopih Lampung sebagian besar berada di dataran rendah hingga menengah dengan ketinggian sekitar 400–800 meter di atas permukaan laut. Lahan subur di wilayah Bukit Barisan dan iklim tropis dengan curah hujan tinggi sangat cocok untuk varietas robusta. Petani Lampung biasanya menanam kopih di lahan kecil keluarga, dengan metode budidaya sederhana namun tetap memperhatikan kualitas. (DINAS PERKEBUNAN PROVINSI LAMPUNG/IDN Times Lampung)
Proses panen kopih Lampung umumnya dilakukan dengan memetik buah secara campuran, baik yang merah matang maupun yang belum sepenuhnya matang. Pascapanennya menggunakan metode dry process atau semi-wash, tergantung kapasitas petani.
Karakter Rasa dan Pasar
Karakter kopih Lampung dikenal pahit, dengan bodi tebal dan pekat, serta meninggalkan ampas cukup banyak saat diseduh. Tingkat keasamannya rendah, sehingga cocok untuk penikmat yang menginginkan rasa kuat tanpa dominasi asam.
Dalam hal pasar, kopih Lampung merupakan salah satu tulang punggung ekspor kopih Indonesia. Volume ekspornya tinggi, terutama ke Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara Asia. Karena tergolong robusta, harganya lebih terjangkau dibandingkan arabika, sehingga banyak digunakan oleh industri besar sebagai bahan baku instan maupun campuran blends.
Kontribusi Ekonomi Kopi Lampung
Provinsi Lampung menjadi penyumbang ekspor kopi robusta terbesar Indonesia.

Di pasar lokal, harga kopih Lampung per kilogram untuk biji sangrai berkisar Rp40.000–Rp70.000, sedangkan di pasar internasional robusta Lampung bisa mencapai USD 3–5 per kilogram, tergantung kualitas dan kontrak pembelian. Konsumen utama kopih ini adalah pabrik kopih instan, kedai kopih tradisional, hingga pecinta kopih hitam tanpa gula. Pasarnya luas karena cocok dengan selera mayoritas penikmat kopih pekerja keras.
Baca juga: Kopi Aceh Gayo: Harum Pedas dengan Rasa yang Kaya
Kekuatan Ekspor Kopi Indonesia
Pada tahun 2022, Lampung mencatat ekspor sebesar 310.682 ton, dengan pangsa pasar mencapai 85 % dari total ekspor robusta Indonesia. (kupastuntas.co/ANTARA News Lampung) Pada 2024, BPS melaporkan bahwa 51,28 % dari total nilai ekspor kopi Indonesia berasal dari Lampung—sekitar USD 840 juta. (Republika Online)
Beberapa ekspor spesifik juga menunjukkan daya saing Lampung: robusta Lampung berhasil merebut pangsa pasar 41,45 % di Mesir, mengungguli Vietnam dan Brazil, dengan pengiriman mencapai 600 ton ke Kairo (Lappung PT PPI), juga mengekspor 79,2 ton kopi green bean Lampung ke Mesir pada akhir 2024—sebagai bagian dari strategi memperluas akses pasar Timur Tengah. (ptppi.co.id/Money Kompas)
Kesimpulan
Kesimpulannya, kopih Lampung menjadi berharga bukan karena kompleksitas rasa seperti arabika, melainkan karena kekuatan identitasnya sebagai kopih robusta berkualitas yang mampu memasok kebutuhan pasar global.
Dengan keberlanjutan produksi di Sumatra, khususnya Lampung, kopih robusta ini tidak hanya menopang ekonomi lokal, tetapi juga memberi kontribusi penting dalam perdagangan kopih dunia. Sebagai bagian dari kekayaan agrikultur Indonesia, kopih Lampung terus menjadi sumber energi, budaya, dan devisa negara.
**