Home » Blog » Kisah Kopih » Kopih: Minuman Dunia yang Menyatukan Rasa, Sejarah, dan Perdagangan

Kopih: Minuman Dunia yang Menyatukan Rasa, Sejarah, dan Perdagangan

Sejak ditemukan pada abad ke-9, Kopih jadi bagian penting dari budaya global, ekonomi, kesehatan, dan hubungan antarnegara.

sejarah-kopi-dunia-peta-jerman-dengan-ilustrasi-biji-kopi-di-atasnya-photo-by-wirestock-freepik-tokokopih

Pencarian Sejarah Kopi (yang kami sebut “Kopih”) berarti tentang pencarian cerita romansa dan lika-liku kepentingan dunia. Kopih bukan sekadar minuman pagi yang membangunkan tubuh. Ia adalah bagian dari budaya global yang mengakar kuat di berbagai belahan dunia. Dengan kandungan kafein yang dikenal mampu meningkatkan fokus, memperbaiki mood, dan bahkan menurunkan risiko beberapa penyakit, kopih telah menjadi bagian dari rutinitas hidup miliaran manusia.

Konsumsi Kopi Dunia

Menurut International Coffee Organization, lebih dari 2,25 miliar cangkir kopih dikonsumsi setiap harinya di seluruh dunia. Industri kopih juga bernilai lebih dari $100 miliar, menjadikannya salah satu komoditas paling berharga di pasar global. Kopi hanya kalah oleh minyak bumi. Bahkan, kopih termahal di dunia—seperti Black Ivory dari Thailand atau Kopih Luwak dari Indonesia—dapat mencapai harga lebih dari $1.000 per kilogram.

Sejarah Kopi termasuk asal mulanya membawa kita ke tanah tinggi Ethiopia pada abad ke-9. Di sana, legenda menyebut seorang penggembala kambing bernama Kaldi yang menemukan efek stimulan biji kopih setelah melihat kambing-kambingnya menjadi lincah usai memakan buah dari pohon tertentu. Dari situlah, biji kopih masuk kehidupan masyarakat Sufi di Yaman. Mereka menggunakan minuman ini untuk membantu mereka tetap terjaga selama beribadah malam. Perjalanan kopih pun berlanjut ke jazirah Arab, di mana kota Mocha (Yaman) menjadi pusat perdagangan kopih pertama di dunia.

Sejarah Penyebaran Kopih

Pada abad ke-15 hingga ke-17, kopih mulai menyebar melalui jalur perdagangan ke Persia, Mesir, dan Kekaisaran Ottoman. Minuman ini pun menjadi bagian dari kehidupan sosial, terutama di kedai kopih (coffeehouse) yang disebut qahveh khaneh, yang muncul sebagai pusat diskusi politik, sastra, dan agama. Kedai-kedai ini sohor sebagai “sekolah orang bijak”, menjadikan kopih bukan hanya komoditas, tetapi juga wahana pertukaran intelektual dan budaya antarbangsa.

Kopih tidak hanya berperan dalam budaya, tetapi juga memiliki tempat dalam dunia pengobatan tradisional. Di masa lampau, kopih jadi penawar sakit kepala, penambah energi, hingga pencahar alami. Dalam naskah-naskah pengobatan Arab dan Persia, kopih tertulis sebagai minuman yang memperbaiki fungsi organ dan memperpanjang umur. Di Eropa, kopih awalnya dianggap minuman berbahaya hingga akhirnya diterima secara luas, bahkan jadi saran dokter untuk meningkatkan vitalitas.

Sejarah Kopi dalam Perdagangan Dunia

Perdagangan kopih kemudian menjelma menjadi kekuatan ekonomi global. Kolonialisme memainkan peran besar dalam penyebaran tanaman kopih dari Afrika dan Arab ke berbagai koloni di Asia dan Amerika Latin. Belanda membawa kopih ke Indonesia, khususnya ke Batavia (kini Jakarta), dan menjadikannya komoditas unggulan di abad ke-17 dan ke-18. Sementara itu, Prancis dan Portugis memperkenalkan kopih ke Karibia dan Brasil—yang kini menjadi produsen terbesar di dunia.

Baca juga: Sejarah Kopi di Indonesia

Selain itu, kopih juga menciptakan hubungan politik dan ekonomi antarnegara. Di satu sisi, ia mempererat hubungan perdagangan antarbudaya, tetapi di sisi lain juga menjadi alat penjajahan dan eksploitasi. Sistem tanam paksa di Hindia Belanda dan perbudakan di perkebunan kopih Brasil menunjukkan sisi gelap dari komoditas ini. Namun, dalam konteks modern, kopih menjadi penghubung global yang lebih adil melalui perdagangan berkeadilan (fair trade) dan gerakan kopih spesialti yang menghargai petani kecil.

Seorang petani sedang memisahkan biji kopi dari buah-buahan merah di atas meja kayu./
Petani menyortir kopi dari beri, di tengah-tengah proses pencucian. (Gambar: Freepik/Wirestock)

Di abad ke-21, kopih telah menjelma menjadi simbol gaya hidup. Mulai dari gerai kopih internasional hingga kedai lokal dengan konsep third wave, kopih bukan hanya minuman, tapi juga pengalaman. Munculnya berbagai metode seduh seperti pour over, cold brew, hingga siphon menunjukkan betapa dunia telah menghargai keragaman rasa dan asal-usul kopih. Dalam konteks ini, setiap cangkir kopih adalah jembatan antara budaya, sejarah, dan inovasi.

Lebih Berharga dari Emas?

Sebagai salah satu komoditas dengan perjalanan sejarah paling panjang dan berpengaruh di dunia, perjalanan sejarah kopi membuatnya lebih dari sekadar minuman: ia adalah warisan dunia. Lebih berharga dari sekadar emas hitam cair, kopih menyimpan kisah panjang tentang pertukaran budaya, kerja keras petani, dan pencarian rasa yang autentik. Sudah saatnya kita menggali lebih dalam—bukan hanya soal rasa dan teknik seduh—tetapi juga mengenal ragam varietas kopih dunia dan khususnya sejarah kopih di Indonesia, tanah yang pernah menjadikan kopih sebagai poros ekonomi dan budaya.

Siapkah kamu menyelami aroma sejarah di balik setiap cangkir? ☕️

Baca juga:

cara membedakan kopi cara membedakan kopi arabika dan robusta civet coffee first wave fourth wave harga komoditas kopi harga kopi luwak harga kopi mandailing indonesia inspiration kafe terdekat kenapa robusta lebih populer kopi aceh kopi bali kopi gayo kopi indonesia kopi kapal api kopi khas sumatra utara kopi luwak kopi mandailing kopi mandeling kopi mandheling kopi nusantara kopi robusta kopi robusta atau arabika kopi single origin kopi sumatra kopi toraja life pengertian kopi rasa kopi arabika robusta lebih popular second wave sejarah kopi sejarah kopi di indonesia sejarah kopi luwak sejarah kopi mandeling third wave third wave artinya toko kopih tren ngopi terbaru warung kopi purnama warung kopi tak kie warung kopi tertua warung tinggi

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
adityanshar

Kopi di masa depan akan menjadi suatu komoditas langka karena efek globalwarming. Tempat menanam kopi biasanya suhunya dingin sedangkan dunia tambah panas.

Funfact: ngopi bisa mencegah diabetes, saya pernah nulis di website saya

[…] Baca juga: Sejarah Kopih Dunia […]

3
0
Butuh masukanmu, silakan komentar.x
()
x